Demam kelinci, atau dikenal juga dengan istilah tularemia, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Francisella tularensis. Penyakit ini umumnya menular pada hewan seperti kelinci, tupai, dan tikus, namun juga dapat menular kepada manusia.

Belakangan ini, kasus demam kelinci di Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan yang signifikan. Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), terdapat lebih dari 200 kasus demam kelinci yang dilaporkan setiap tahun di AS. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pihak berwenang dan masyarakat luas.

Gejala demam kelinci pada manusia dapat bervariasi, mulai dari demam, sakit kepala, kedinginan, nyeri otot, hingga pembengkakan kelenjar getah bening. Infeksi bakteri ini dapat terjadi melalui gigitan serangga, kontak dengan hewan yang terinfeksi, atau konsumsi daging mentah yang terkontaminasi.

Untuk mencegah penularan demam kelinci, penting bagi masyarakat untuk menghindari kontak langsung dengan hewan liar yang berpotensi terinfeksi, seperti kelinci dan tikus. Selain itu, hindari juga mengonsumsi daging mentah atau setengah matang yang berasal dari hewan liar.

Jika Anda mengalami gejala demam kelinci, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Pengobatan demam kelinci biasanya melibatkan pemberian antibiotik selama beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada tingkat keparahan infeksi.

Demam kelinci adalah penyakit yang serius dan dapat berakibat fatal jika tidak segera diobati. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk lebih waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan masyarakat.